PERTEMUAN

photo by frank mckenna on unsplash

Dulu aku selalu mengira bahwa orang yang mendampingiku adalah orang yang berada satu dunia denganku. Dunia yang penuh dengan pemikiran terbuka, memiliki minat yang sama, ketertarikan yang sama, dan semua hal yang membuat aku dan dia betah duduk berlama-lama hanya untuk berbincang sambil menyeruput kopi.

Tapi semua selesai ketika ku tahu aku dan dia tak bisa bersama. Entah apa itu. Kejadian sama terulang. Dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan tanda. Seakan kemarin hanya basa-basi dan aku tidak ada arti. Aku kembali pada kekelaman.

Kemudian aku bertemu denganmu. Dari dunia yang berbeda denganku. Kita benar-benar berbeda. Apa yang ku tahu kau tak tahu, begitu pun sebaliknya. Pemikiran kita pun berbeda, jauh berbeda.

Tapi malah kamu yang pertama mengucapkan kata yang telah lama ku tunggu.

“Sayang,” katamu.

Aku pernah terpuruk. Kini berusaha bangkit, karenamu. Aku hanya berharap kau tak menjatuhkan kepada kekelamanku lagi. Karena kali ini, pasti akan terasa lebih sakit.

Aku selalu merasa bahwa aku mudah ditinggalkan, begitu saja. Seakan yang terjadi kemarin tak ada arti.

Dan aku berharap itu tak terjadi pada kita.

Aku tak pernah bilang ini mudah. Tapi aku ingin kita melewatinya

Selamat pagi, nama pertama yang kuingat saat matahari terbit.

Bandung, 26 Desember 2019
Theofilus Richard

Tinggalkan komentar